Oleh : Han Prahara “Dewangga Pradhana”

Bagian Pertama

Ilmu pengetahuan menghasilkan sebuah ketetapan bahwa partikel cahaya adalah partikel yang sangat cepat bahkan melebihi kecepatan bunyi. Ketika hujan yang tidak terlalu deras sering kali terjadi petir, maka makhluk hidup dibumi akan melihat cahaya petir terlebih dahulu sebelum mendengarkan suara guruhnya. Namun benarkah dalam kilatan yang sangat cepat itu hanya ada partikel cahaya adakah partikel yang bisa menyamai bahkan melebihi kecepatan partikel cahaya?, jika manusia menjadi sebuah partikel yang bergerak. Lebih cepat mana partikel manusia dengan partikel cahaya?.

Sore itu kilatan-kilatan cahaya telah menyinari langit yang mulai gelap. Terkadang diantara kilatan itu ada sebuah kilatan yang melesat lebih cepat dari yang lainnya. Suara guruh menggelegar setiap kali kilatan datang seolah sepasang kekasih yang selalu berdampingan. Jalanan ditempat itu hanya ada sebuah jalan setapak sementara disekitarnya adalah semak  yang tumbuh liar dengan berbagai macam jenis tanaman perdu.

Entah dari mana seorang pemuda datang dengan pakaian tidurnya, dengan selimut tebal menutupi punggung sampai tumitnya. Rambut pemuda itu lebat dan dalam setiap langkahnya tersirat wibawa. Orang yang mengenalnya tentu akan lebih tertarik karena diamnya seolah menyimpan misteri yang tanpa batas. Pemuda itu bernama Hara, awalnya langkahnya agak pelan dan gontai, namun tiba didekat sebuah pohon besar yang daunnya berguguran berbentuk jarum, langkahnya semakin dipercepat. Hujan deras seketika datang seolah berjalan dari hadapan pemuda itu disertai udara dingin yang menyengat pori-pori. Hara kembali ketempat yang tadi dilewatinya, dimana sepasang matanya telah menangkap sesosok jasad hitam. Ya dia kembali kebawah pohon pinus itu bukan untuk menghindar dari hujan atau mencari tempat berteduh namun sebenarnya tadi matanya melihat sesosok jasad wanita yang dari arteri lengan kirinya mengalir darah segar sampai menggenangi hampir seluruh  jemari jasad itu.

Baca lebih lanjut