Berdasarkan pengalaman hidup saya, saya menarik sebuah kesimpulan. Untuk merubah keadaan umat manusia (sebagai kholifah di muka Bumi) agar menjadi lebih baik, maka kita harus menghidupkan hati.

Dari Al-Quran

46:26. Dan sesungguhnya Kami telah meneguhkan kedudukan mereka dalam hal-hal yang Kami belum pernah meneguhkan kedudukanmu dalam hal itu dan Kami telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan dan hati; tetapi pendengaran, penglihatan dan hati mereka itu tidak berguna sedikit juapun bagi mereka, karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan mereka telah diliputi oleh siksa yang dahulu selalu mereka memperolok-olokkannya.

2:7. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.

6:46. Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut pendengaran dan penglihatan serta menutup hatimu, siapakah tuhan selain Allah yang kuasa mengembalikannya kepadamu?” Perhatikanlah bagaimana Kami berkali-kali memperlihatkan tanda-tanda kebesaran (Kami), kemudian mereka tetap berpaling (juga).

16:78. Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.

17:36. Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.

23:78. Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur[1016].

32:9. Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.

67:23. Katakanlah: “Dia-lah Yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati”. (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur.

H.R. Ahmad dan al-Darimi : Mintalah Fatwa pada hatimu, kebaikan adalah sesuatu yang membuat jiwa dan hati tenang dan keburukan adalah sesuatu yang membuat jiwa gelisah dan hati bimbang.

Al Ghazali dalam buku Kimia Ruhani untuk Kebahagiaan Abadi halaman 18 : … pancaindra manusia bagaikan lima pintu yang terbuka menghadap ke luar. Tetapi, yang lebih menakjubkan lagi, hatinya memiliki jendela yang terbuka ke arah dunia ruh yang tak kasatmata, kadang-kadang bisa ia dapatkan isyarat tentang masa depan. Hatinya ibarat cermin yang memantulkan segala sesuatu yang tergambar di Lawh-Mahfuzh …

Quote:
###
Hati kita adalah sumber cahaya batiniah, inspirasi, kreativitas, dan belas kasih. Seorang mukmin sejati, hatinya hidup, terjaga, dan dilimpahi cahaya.
###
Jika kata-kata berasal dari hati, ia akan masuk ke hati, jika ia keluar dari lisan, maka ia hanya sampai ke telinga.
###
Ketika mata hati terbuka, kita dapat melihat kenyataan yang tersembunyi di balik penampakan luar dunia ini. Ketika telinga hati terbuka, kita mampu mendengar kebenaran yang tersembunyi di balik kata-kata yang terucap. Melalui hati yang terbuka, sistem syaraf kita dapat menyesuaikan diri dengan sistem syaraf orang lain, sehingga kita mengetahui apa yang mereka pikirkan dan bagaimana mereka bersikap.
###
Islam menekankan pentingnya mencerdaskan hati. Seseorang yang hatinya terbuka akan lebih bijaksana, penuh kasih sayang, dan lebih pengertian daripada yang hatinya tertutup.
###
Dari buku : Biarkan Hatimu Bicara, http://www.penerbitzaman.com

Dari Internet

Prolog
Setelah Psikologi Humanisme mulai menyentuh kecerdasan spiritual yang sesungguhnya mempunyai dimensi vertical, muncul gagasan Psikologi Islam. Seperti gagasan bank Islam (bank syari`ah) yang dulu dimustahilkan tetapi sekarang tumbuh menjamur, gagasan Psikologi Islam juga masih banyak ditolak oleh kalangan Western Psychology, tetapi pada akhirnya nanti Psikologi Islam juga akan diterima.

Sejarah keilmuan Islam tidak melahirkan ilmu semacam psikologi, karena berbeda dengan perkembangan ilmu pengetahuan di Barat yang bermusuhan dengan agama (Gereja), perkembangan ilmu pengetahuan dalam sejarah keilmuan Islam disamping terinspirasi oleh kitab suci Al Qur’an, pertumbuhannya juga dilakukan oleh ulama. Al Khawarizmi (ahli matematika) al Birruni (ahli sain)/ahli kedokteran) adalah juga ulama ahli agama.

Perbedaan Psikologi Barat dengan Psikologi Islam
1. Jika Psikologi Barat merupakan produk pemikiran dan penelitian empiric, Psikologi Islam , sumber utamanya adalah wahyu Kitab Suci Al Qur’an, yakni apa kata kitab suci tentang jiwa, dengan asumsi bahwa Allah SWT sebagai pencipta manusia yang paling mengetahui anatomi kejiwaan manusia. Selanjutnya penelitian empiric membantu menafsirkan kitab suci.

2. Jika tujuan Psikologi Barat hanya tiga; menguraikan, meramalkan dan mengendalikan tingkah laku, maka Psikologi Islam menambah dua poin; yaitu membangun perilaku yang baik dan mendorong orang hingga merasa dekat dengan Allah SWT.

3. Jika konseling dalam Psikologi Barat hanya di sekitar masalah sehat dan tidak sehat secara psikologis, konseling Psikologi Islam menembus hingga bagaimana orang merasa hidupnya bermakna, benar dan merasa dekat dengan Allah SWT

Sumber -> http://www.artikelpsikologi.ssantsons.com/psikologi%20barat%20vs%20psikologi%20Islam.html

Psikologi Islam adalah sebuah kajian yang baru dikembangkan di awal tahun 60-an. Karenanya tak heran bila kemudian belum banyak yang mengenalnya; terlebih karena penarapannya belum begitu jelas. Ia masih suatu hal yang perlu dirumuskan kembali.

Kajian ini bermula dari usaha Dr. Zakiah Drajat yang mulai mengenalkan psikologi dari tinjauan agama. Namun baru pada tahun 1994, melalui simposium nasional, para peminat psikologi Islam akhirnya dikumpulkan dan muncullah kesepakatan untuk menamakan pengetahuan baru tersebut dengan nama psikologi Islam, setelah sebelumnya, banyak nama diusulkan, di antaranya adalah Psikologi Qur’ani, Psikologi Tasawwuf dan lain sebagainya.

Pada dasarnya, Psikologi Islam lebih mengarah pada pendekatan kajian sains dengan kajian ilmu agama; yang secara spesifiknya adalah mendekatkan kajian psikologi pada umumnya dengan kajian al-Qur`an. Dengan demikian maka dipahami bahwa landasan filsafat ilmu dari psikologi Islam adalah konsep manusia menurut al-Qur`an. Mujib mengemukakan bahwa dalam konsep manusia menurut al-Qur`an adalah konsep yang menyatakan bahwa manusia bukan hanya terstruktur dari jasmani; tapi juga ruhani. Sinergi keduanya inilah yang membentuk nafsani. Dari ketiga sistem inilah terbentuk kepribadian individu manusia.

Perkembangan kajian psikologi Islam bisa dikatakan cukup baik. Hal ini bisa dilihat dari makin meningkatnya jumlah tenaga pengajar ataupun mahasiswa yang tertarik menadalami bidang pengetahuan yang terbilang cukup baru ini. Bahkan di beberapa perguruan tinggi sudah mulai dibuka peminatan psikologi Islam.

Ketua Dewan Pakar Asosiasi Psikologi Islami (API), Hanna Djumhana mengungkapkan bahwa tujuan dikembangkannya psikologi Islam adalah untuk mempertahankan kesehatan mental dan keimanan dalam diri individu. Kajian ini menggunakan lebih menitik beratkan pada dimensi spiritual dikarenakan dimensi ini merupakan sumber dari potensi, bakat, sifat dan kualitas diri manusia. Bahkan, dimensi ini merupakan satu dimensi yang tidak pernah tergoncang walaupun pemiliknya sedang sakit secara fisik maupun psikis.

Prospek Kajian ini ke depak bisa dikatakan sangat cerah; khususnya karena prinsip universalitas yang ada pada psikologi Islam membuatnya tidak hanya bisa diaplikasikan oleh kaum muslim belaka; namun juga bisa diaplikasikan oleh kalangan non-muslim.
>>>http://www.komunitasindigo.com