Bentengi Amal dari Penyakit Hati. Pada hakekatnya manusia itu senantiasa dituntut untuk selalu mendayagunakan akal budinya demi terciptanya ketentraman, kedamaian, kebahagiaan dan kebaikan. Baik atau kebaikan adalah salah satu sarana untuk melahirkan kebahagiaan, kebenaran dan keadilan hidup bermasyarakat dan beragama dalam wadah keimanan dan keislaman yang murni. Hal ini akan terwujud secara baik apabila sebongkah daging yang ada dalam tubuh setiap manusia tidak dikotori dan dinodai oleh berbagai macam penyakit yang biasa disebut dengan penyakit hati. Hal ini telah dipesankan Rasulullah Saw, bahwa didalam tubuh manusia itu ada segumpal daging, apabila segumpal daging itu baik. Maka segala kebaikan, kedermawanan, kehalusan budi dsb akan memancar dari dalam diri orang tersebut. Tetapi kalau gumpalan daging itu buruk, rusak, maka jelas segala keburukan yang berimbas pada kerusakan dalam berbagai bentuk, hidup dalam bermasyarakat akan sulit untuk dielakan. Segumpal atau sebongkah daging itulah yang yang beliau Saw sebut dengan “Hati”. Jelas menjauhkan hati tersebut dari aneka penyakit hati merupakan keharusan mutlak demi selamatnya amalan yang telah diperbuat untuk Allah semata

Sifat terpuji dan tercela yang tertanam dalam diri setiap insan selalu berdampingan, yang akan selalu terlihat dalam prilakunya sehari-hari. Apabila prilaku seseorang menampilkan kebaikan, maka terpujilah sifat orang tersebut. Sebaliknya, apabila prilaku tersebut malahirkan kerusakan dan kemudharatan dimana-mana, maka inilah yang dinamakan prilaku tercela. Sifat tercela ini sangat tidak sesuai dengan ajaran Islam, karena sangat merugikan bukan saja terhadap orang yang memiliki prilaku ini namun juga berimbas pada orang lain yang melahirkan ketidaknyamanan ditengah-tengah masyarakat. Disamping itu segala prilaku dan sifat tercela yang tergambar dalam penyakit hati akan meciptakan permusuhan dan pertikaian yang pada akhirnya akan memecah belah kesatuan dan persatuan umat khususnya antara sesama muslim. Bersabda Rasulullah Saw “ Dari Aisah r.a dari Nabi Muhammad Saw. Beliau bersabda orang yang sangat dibenci oleh Allah Swt adalah orang yang paling suka mencari-cari permusuhan ditengah-tengah masyarakat .” ( Hr. Bukhari )

Dan sabda beliau lagi “ Sungguh bagi nikmat-nikmat yang Allah berikan itu terselubung musuh-musuh “. Sahabat bertanya, siapakah mereka itu ya Rasul ?. Jawab Rasul yaitu orang-orang yang mendendam, dengki dan berpenyakit hati kepada orang lain atas pemberian rizki / kelebihan dari Allah kepada mereka”. Para ulama hikmah juga berfatwa bahwa yang menjadi pangkal dosa itu ada beberapa macam, dendam, dengki rakus dan sombong. Sombong berpangkal dari tingkah laku iblis ketika membantah untuk sujud pada Adam. Sikap rakus berawal dari Adam As, ia dibebaskan hidup berdua didalam sorga namun akibat kerakusannya untuk memetik dan memakan buah larangan Allah maka terusirlah mereka berdua dari dalam sorga, . Adapun dendam, dengki dan penyakit hati lainya berpangkal dari si Qabil terhadap Habil adiknya didalam memperebutkan sosok seorang wanita. Yang pada akhirnya terjadilah kasus pembunuhan perdana di atas dunia ini dan entah sampai kapan pamungkasnya. Memang, terkadang wanita juga merupakan racun bagi laki-laki, ( Wanita itu ibarat duri namun bukan untuk menyakiti tapi hanya untuk menjaga diri ).

Sedangkan Al Fakih Abu Laits, memberi penjelasan bahwa ada golongan dari manusia yang doanya tidak mendapatkan respon dari yang berhak mengabulkanya. Yaitu yang suka dan menyukai memakan harta haram, suka menyimpan penyakit hati ( iri, dengki, hasad dsb ) terhadap sesama umat Islam. Kalau ditelaah lebih seksama dalam diri manusia itu sebenarnya terdapat dua unsur yang selalu bertentangan, pertama adalah kekuatan atau dorongan untuk berbuat baik dan terpuji yang selalu berpedoman pada hati nurani atau jiwa yang baik. Dan yang kedua adalah dorongan atau kekuatan untuk berbuat yang tidak terpuji malah senang melakukan dosa dan maksiat, yang dilatar belakangi oleh nafsu sehingga sifat tercela selalu menjadi keseharianya. Seperti penyakit iri hati dan selalu merasa tidak senang melihat orang lain mendapatkan kelebihan, keberuntungan dan kenikmatan dari Allah Swt. Al Quran menerangkan bahwa sifat iri ini sangat berkorelasi dengan sifat sombong, semakin sombong orang tersebut maka semakin meningkatlah rasa irinya. Kepuasan orang yang memiliki sifat ini adalah apabila melihat orang lain tidak ada yang bisa melebihinya dalam segala hal. Rasulullah Saw pun telah mengingatkan lewat sabdanya “ Jauhkan dirimu dari penyakit hati yang sangat berbahaya ini ( iri ) karena iri akan memakan segala kebaikan, sebagaimana api memakan kayu bakar yang kering lagi ringan”. ( Hr. Abu daud ). Maka untuk membentengi amalan keharusan mutlak untuk menjauhkan hati dari penyakit ini.

Selain itu yang sangat merusak iman dan hubungan dengan sesama baik didaerah perkotaan maupun pedesaan adalah penyakit hati dalam bentuk dengki. Penyakit ini selalu melahirkan rasa marah, benci dan iri yang amat sangat apabila melihat orang lain mendapat keberuntungan. Dengki ini adalah penyakit yang sangat dibenci oleh Allah dan merupakan prilaku yang sangat tercela dalam perspektif Islam. Sangat kita sayangkan dengki dalam bentuk profokator, mengompori dsb telah banyak diidap oleh manusia dizaman sekarang ini, yang penuh dengan berbagai bentuk persaingan. Sinyalemen ini sebenarnya sudah terbaca oleh baginda Nabi Saw. Beliau bersabda “ Telah melanda kepadamu penyakit umat terdahulu, yaitu kebencian dan kedengkian, yaitu hal yang mencukur ( artinya mencukur ) agama bukan mencukur rambut.” ( Hr Ahmad & Nasai ). Tegasnya, kalau ingin amalan dan segala doa dikabulkan oleh Allah serta dijauhkan dari berbagai bentuk bencana, keburukan dsb maka jauhkanlah hati dari segala penyakit hati khususnya penyakit yang sangat merusak ini, mulailah untuk mengoreksi kesalahan diri kita masing-masing jujurlah pada hatimu.

Islam mengajarkan bahwa yang sangat cepat mengundang datangnya bencana adalah suka berlaku maksiat, menganiaya kaum lemah, menipu dan suka menghasud. Hasud adalah suatu perasaan yang tidak rela terhadap nasib baik orang lain, sifat hasud ini identik dengan sifat tercela yang disebutkan diatas yang hanya akan melahirkan murka Allah. Sebagai umat Islam yang mengaku beriman dan bertaqwa, bagaimanapun keadaan diri harus bisa menghindari penyakit ini, selain dimurkai Allah didalam hidup bermasyarakatpun sangat tidak disukai banyak orang. Maka tak salah Rasulullah Saw menghimbau kepada umat Islam untuk selalu menjadi hamba-hamba Allah yang mengutamakan persaudaraan. Seperti yang beliau sabdakan “ Dari Abu Hurairah ra Rasulullah Saw bersabda, janganlah saling menghasud, janganlah saling menipu kepada calon pembeli, janganlah saling membuat kemarahan orang lain, janganlah saling membelakangi dan janganlah saling menjual salah seorang diantara kamu atas penjualan orang lain. Jadilah kalian sebagai hamba-hamba Allah yang penuh rasa persaudaraan “. ( Hr Muslim )

Akhirul kalam, tidak ada sedikitpun manfaat yang akan kita peroleh kalau berbagai macam penyakit hati, masih diberi tempat dalam sanubari, karena sesungguhnya Allah Swt telah memberikan rizki dan segala kebaikan kepada seluruh makhluknya secara adil dan bijaksana. Penyakit hati yang yang selalu diberi tempat dalam diri manusia hanyalah akan mengundang malapetaka, baik bagi diri sendiri maupun terhadap orang lain. Orang yang berbuat baik dan selalu berada dalam wadah keshalehan akan mendapat balasan yang baik dikemudian hari, sedangkan orang yang senang berbuat buruk dan maksiat jelas keburukan itu pulalah balasan yang akan dialaminya sekarang atau nanti. Allahu A’llam. [ Terbit Pada Harian Haluan, Pada Tanggal 13 April 2007 ]


Penulis Adalah Pengamat Sosial Keagamaan

Tinggal di Padang