KOMPAS TV Menggiring Publik Untuk Pro LGBT?

ACARA dialog Program Khusus yang membahas soal LGBT di Kompas TV tadi malam (Kamis, 11/2/2016) tampak sekali berlangsung berat sebelah memihak kelompok LGBT dan pro-(legalisasi) LGBT.

Dari 5 narasumber yang diundang 3 di antaranya dari pihak LGBT dan pro-LGBT (1 gay yang juga aktivis LGBT dan 2 orang pro-LGBT), 1 orang netral.

Dan hanya 1 orang yang mewakili pihak kontra-LGBT. Itupun yang mewakili kubu kontra-LGBT adalah politisi yang tidak begitu paham peta isu LGBT sehingga argumen-argumen yang ia kemukakan terlalu normatif dan subjektif. Tentu akan lain ceritanya jika yang diundang mewakili pihak kontra-LGBT adalah psikolog yang menganut paradigma bahwa homoseksualitas adalah penyakit kejiwaan dengan didukung data-data hasil riset sekaligus paham peta isu LGBT.

Ini masih ditambah dengan cara host Rosiana Silalahi memandu dialog yang amat terlihat kecondongannya kepada kubu LGBT dan pro-LGBT. Bisa diamati dari pertanyaan-pertanyaan yang ia lontarkan kepada para narasumber.

Mengikuti bergulirnya dialog yang tidak berimbang ini bisa saja timbul persepsi bahwa mereka yang menolak LGBT hanyalah orang-orang kolot yang kurang piknik.

Tidak berhenti sampai di situ, acara sempat terjebak menjadi sentimentil ketika si aktivis gay menceritakan pengalamannya dan teman-temannya yang mendapat perlakuan tidak manusiawi. Saat ia bercerita dengan nada emosional nyaris menangis kamera meng-close-up wajahnya sebelum kemudian diakhiri tepuk tangan penonton -tentu dengan arahan floor director- lalu acara memasuki jeda iklan.

Yang juga menarik, 2 orang yang mewakili suara kubu pro-LGBT adalah perempuan berkerudung sedangkan si aktivis gay mengenakan peci.

Sulit untuk tidak mengatakan bahwa seolah ada pesan tersirat: tidak mengapa menjadi LGBT atau pendukung legalisasi LGBT sekaligus menjadi seorang yang religius.

Tentu saja tidak ada media yang netral, tapi jika kembali ke prinsip paling mendasar dalam dunia jurnalistik yaitu “cover both sides” kita bisa memepertanyakan apakah Program Khusus Kompas TV tadi malam sudah betul-betul memenuhi prinsip tersebut?

Atau hanya sekadar memenuhi “cover both sides” secara nominal dengan (sengaja?) mengundang orang yang tidak kompeten untuk mewakili kubu kontra? (Sebatas agar terkesan mematuhi prinsip “cover both sides” -padahal sebenarnya tidak)?

Jika para pegiat literasi media konsisten menjunjung tinggi prinsip-prinsip jurnalistik saya pikir tayangan Kompas TV tadi malam juga harus mendapat perhatian. Itu kalau memang mau konsisten.

(by Adif Sahab)

___
Red: Rekaman siaran Kompas TV bisa dilihat di Youtube
https://www.youtube.com/results?sp=EgIIAg%253D%253D&q=kompas+tv+lgbt

Banyak netizen yang protes dengan tayangan Kompas TV ini.

“KOMPAS TV bukan menggiring saja tapi MEMBODOHI DAN MENIPU masyarakat, @KPI_Pusat hrs bertindak,” tulis netizen @farididoev di twitter, Jumat (12/2).

“Ini akal2an @KompasTV memecah belah umat islam dengan isu #LGBT (dimana LGBT didandanin seperti ustad),” komen nentizen @LaMadridans.

“Saya nonton acara ini semalam di kompas kondisi acaranya live. Saya pikir yg berpeci bersorban dan bersarung adalah pakar agama tetapi rupanya tokoh LGBT, dia pikir dengan cara “pencitraan” yang dilakukannya membuat saya terenyuh dan kagum? jawabannya tentu saja TIDAK, justru saya berpikir orang semacam ini berpenampilan agama tapi tidak tahu ajaran agamanya (jika dia seorang muslim). Sungguh sesuatu yang membuat nalar saya berkata “ya Allah, ini menjijikkan”.”Tulis netizen Rizki Maulana Kamil. (Portal Piyungan)

[NBCIndonesia.com

MENGUAK MISTERI “Ustadz Jadi-jadian” LGBT

Beberapa waktu lalu publik terutama kalangan muslim terkaget-kaget karena ada yang orang yang berbusana layaknya seperti seorang muslim taat atau seorang Ustadz tiba-tiba menjadi corong dan pembela hak-hak LGBT.

Kemunculan pertama kali “Ustadz jadi-jadian” yang mengagetkan publik umat Islam adalah pada acara Program Khusus di KOMPAS TV dengan tema “LGBT: HARUSKAH DICEMASKAN” yang tayang secara live pada Kamis, 11 Februari 2016.

Dengan tampilan bak seorang ustadz, apakah KOMPAS TV yang mensetting didandani seperti itu atau dia sendiri yang inisiatif, orang ini jadi nara sumber yang membela LGBT. Tentu umat Islam kaget, kok “ustadz” malah membela LGBT yang jelas-jelas diharamkan bukan hanya oleh agama Islam tapi oleh semua agama.

Dan tiba-tiba, orang ini pun sering dijadikan nara sumber LGBT dan diundang untuk wawancara.

Puncaknya yang bersangkutan diundang di acara ILC TV One, Selasa, 16 Februari 2016. Pada acara tersebut yang bersangkutan berdebat dengan dr. Fidiansjah tentang LGBT. Tapi saat di ILC tampilannya sudah bukan ustadz lagi, seperti saat tampil di KOMPAS TV.

SIAPA SEBENARNYA “USTADZ JADI-JADIAN” TERSEBUT?

Seorang penulis Kompasioner, Shalahuddin Ahmad, telah membedah orang ini melalui tulisannya yang diposting di Kompasiana dengan judul “Menguak Misteri “Ustaz” LGBT.

Link: http://www.kompasiana.com/shalahuddin.ahmad/menguak-misteri-ustaz-lgbt_56c9ab7eae7e616b0f720243

Tapi kemudian oleh Kompasiana tulisan tersebut DIHAPUS karena dianggap melanggar.

“Tulisan ini sudah dihapus karena melanggar syarat dan ketentuan yang berlaku di Kompasiana,” demikian tertulis pengumuman dari Kompasina.

Namun isi tulisan tersebut masih bisa ditelusuri cache-nya.

http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:Z830nI9DPc4J:www.kompasiana.com/shalahuddin.ahmad/menguak-misteri-ustaz-lgbt_56c9ab7eae7e616b0f720243+&cd=1&hl=id&ct=clnk

Berikut kutipannya….

Identitas Sebenarnya:

Nama : Hartoyo
FB : https://www.facebook.com/hartoyo.medan
Almamater : Universitas Syah Kuala Banda Aceh
Kelahiran : Medan, keturunan transmigran Jawa di Medan
Domisili : Jakarta
Gender : Mengaku sebagai Gay

Pendidikan Formal Agama Yang Pernah Ditempuh

Pendidikan formal agama : Tak diketahui
Pengetahuan bahasa arab : Nihil
Jumlah Surat Al-Quran Yang Dihapal : Tak diketahui
Buku Agama yang pernah ditulis : Tak diketahui
Afiliasi Lembaga Agama Islam : Tak ada

Hartoyo ini, sebelum tampil “ustadz jadi-jadian” di tv ternyata foto-fotonya terekam dia seorang aktivis ANTI-FPI dan PENDUKUNG AHOK.

Aktifitas Anti FPI

Foto Hartoyo terekam ketika ikut demo yang menuntut PEMBUBARAN FPI pada tahun 2012.

Sejumlah massa gerakan Indonesia Tanpa FPI menggelar aksi unjukrasa di Bundaran HI, Jakarta, Rabu (14/2/2012). Massa menuntut pemerintah memberikan rasa aman kepada masyarakat dari kekerasan dengan membubarkan ormas Front Pembela Islam (FPI).

Sumber link: http://foto.inilah.com/read/detail/69343/aksi-indonesia-tanpa-fpi
(Foto ada di bagian bawah, foto ke-5)

Aktifitas Pro Ahok

Aktifitas LGBT

Sumber Informasi:

Tokoh LGBT (Hartoyo) Mengaku Banyak Terpengaruh Paham JIL

http://www.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2016/02/21/89779/tokoh-lgbt-mengaku-banyak-terpengaruh-paham-jil.html

Hartoyo Terima Dana Asing Untuk Kampanye LGBT di Indonesia

http://www.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2016/02/20/89763/hartoyo-terima-dana-asing-untuk-kampanye-lgbt-di-indonesia.html

Hartoyo Sadar Dirinya Gay Sejak SD

http://www.tribunnews.com/nasional/2016/02/20/hartoyo-sadar-dirinya-gay-sejak-di-sd

Netizen Protes Tayangan Pria Nyamar Ustad dan Mengaku Gay

http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/02/16/o2ndk6361-netizen-protes-tayangan-pria-nyamar-ustad-dan-mengaku-gay

pks piyungan