Amerika Serikat sedang merencanakan suatu proyek berupa program televisi yang menargetkan anak-anak Pakistan, dalam upaya untuk memenangkan hati dan pikiran generasi muda Pakistan dan menetralisir pertumbuhan sentimen anti-Amerika.

“Proyek ini bukanlah hal baru. Ini mirip seperti anggur lama dalam botol baru,” kata ZR Jafri, seorang veteran penulis, kepada IslamOnlione.net.

“Tujuan dari invasi media ini adalah untuk menetap di pikiran anak-anak kita bahwa orang-orang yang berpikiran religius berada di belakang terorisme, karena itu mereka harus meninggalkan jauh dari ajaran agama.”

US Aid Agency for International Developments (USAID) baru-baru ini mengiklankan rencana mereka di koran setempat untuk mencari proposal dari Pakistan dan perusahaan-perusahaan AS agar terlibat dalam pembuatan program anak-anak dalam rangka mengembangkan saluran televisi dan multi-media khusus untuk anak-anak Pakistan.

Uang sejumlah Rs 1,5 miliar (20 juta dolar) telah dialokasikan untuk program ini selama empat tahun.

Tujuan dari program ini, menurut Suhail Hummayun, salah satu pejabat USAID yang terlibat dalam proyek ini, adalah untuk mengembangkan bahasa, pemecahan masalah dan kemampuan berpikir kritis di kalangan anak-anak Pakistan.

Namun banyak yang curiga terhadap proyek.

“No free lunch in America (Tidak ada makan siang gratis di Amerika),” kata Hafiz Hussain Ahmad, seorang mantan anggota parlemen dan pemimpin pusat Jamiat Ulama Islam (Jui), yang mewakili sekolah Dubendi di Pakistan.

“Tidak mungkin ada investasi tanpa ada keinginan yang ingin dicapai. Oleh karena itu, apa pun investasi Amerika di sini, tidak sama sekali tanpa adanya kepentingan mereka di balik itu semua.”

Jurubicara Kedutaan Besar AS di Islamabad Richard Snelsire menghindar untuk mengomentari rencana yang diusulkan.

“Kontrak belum diberikan namun demikian kita terbatas secara hukum apa yang dapat kita katakan,” katanya kepada IOL.

Dia membantah tuduhan bahwa program yang dirancang ada motivasi politiknya untuk memenangkan hati dan pikiran anak-anak Pakistan.

“Tidak, ini hanyalah program pengembangan.”

Beberapa orang meyakini tiga tujuan utama dari proyek tampaknya jelas dan tidak berbahaya, dan jauh dari efek yang akan berbahaya bagi Pakistan.

“Bahasa adalah alat yang paling penting dalam hubungan sosial dan perkembangan mental anak. Seorang anak mulai berpikir dan berbicara melalui alat ini,” catat Shahnawaz Farooqi, seorang pemikir dan penulis terkenal.

“Jika model bahasa Amerika yang diajarkan, maka secara otomatis cara berpikir juga akan Amerika.”

Farooqi, yang biasa menulis tentang isu-isu sosial dan politik, mengkritisi terhadap pemecahan masalah Tujuan dari program Amerika tersebut.

“Tampaknya, tidak ada salahnya mengajar anak-anak memecahkan masalah. Ini sesuatu yang sangat baik. Tapi di sini terdapat dua daftar prioritas dalam hidup. Satu daftar adalah Islam, dan daftar kedua adalah barat. Apakah Anda pikir, Amerika akan mengajarkan anak-anak kita tentang daftar Islam sebagai prioritas dalam hidup? ”

Meskipun ia percaya akan pentingnya berpikir kritis, Farooqi masih curiga tentang rencana program TV tersebut.

“Menjaga perilaku dari pandangan barat melawan Islam, dan mengembangan kemampuan berpikir kritis di kalangan anak-anak Muslim berarti sama saja dengan mengembangkan kemampuan anak-anak untuk melihat keyakinan dan prinsip-prinsip Islam dengan mata kritis juga.”

“Mereka berusaha untuk menetapkan bahwa setiap orang yang berjenggot, yang menawarkan shalat lima kali sehari, sebenarnya mendukung terorisme, ini sama sekali salah!” kata Jafri.

Ahmad, pemimpin Jui, percaya bahwa tujuan dasar dari proyek ini adalah untuk melawan berkembangnya sentimen anti-AS.

“Pemuda dan anak-anak telah dikembangkan dengan sentimen anti-AS karena ketidak adilan dan kebijakan-kebijakan AS yang tidak beralasan di seluruh dunia, terutama di negara-negara Muslim,” katanya kepada IOL.

“Saya yakin ini adalah upaya untuk melawan fenomena ini.”

Tapi ia percaya proyek ini tidak akan berjalan.

“Daripada investasi dalam jumlah besar seperti itu untuk mencuci otak anak-anak Muslim, Amerika harus mempertimbangkan kembali kebijakan untuk memenangkan hati dan pikiran anak-anak kita.