Kasih sayang dan rahmat Allah swt. berlimpah dalam
bulan Ramadhan. Pintu-pintu rahmat terbuka lebar dan pintu-pintu kemurkaan-Nya
tertutup rapat. Syaitan yang menjadi simbol perusak dan pengganggu ketentraman
dan kasih sayang antara manusia, dibelenggu dengan erat di neraka. Kondisi
telah dibuat sedemikian rupa, sehingga kaum muslimin dapat menumbuhkan dan
menyuburkan rasa kasih sayang antara mereka, khususnya orang-orang yang butuh
bantuan dan ditimpa kemalangan dari orang-orang yang beriman.

Memang, risalah Ramadhan bukan hanya menumbuhkan kasih sayang antara sesama
orang-orang yang beriman dan manusia secara umum. Namun, kasih sayang adalah
salah satu misi dan target pokok dari puasa dan ibadah Ramadhan, yang tersirat
dalam misi puncak, yaitu agar kaum mukminin bertakwa. Allah swt. berfirman,
¡¦Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakw¡¦(Al-Baqarah: 183).

Kasih sayang antara sesama umat Islam dan orang-orang yang beriman merupakan
salah satu faktor penting dalam kesempurnaan iman. Diriwayatkan dari Anas bin
Malik ra. bahwa Rasulullah saw. Bersabda, \” Demi Allah swt. yang jiwa Muhammad
berada di tangan-Nya, tidak akan beriman seorang dari kalian, hingga dia
mencintai sesuatu bagi saudaranya (yang beriman) sebagaimana apa yang dicintai
untuk dirinya sendiri \”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Rasulullah saw. memberikan perumpamaan tentang cinta dan kasih sayang antara
orang beriman laksana sebatang tubuh yang saling bertenggang rasa, saling
menopang, saling mengasihi, dan berbagi rasa. Rasulullah saw. Bersabda,\”
perumpamaan orang-orang yang beriman dalam cinta dan kasih sayang mereka adalah
laksana sebatang tubuh, dimana bila salah satu anggota tubuh merasakan sakit,
maka seluruh tubuh akan merasakan demam dan \’kesulitan tidur \”. (HR. Muslim)

Bahkan, kasih sayang antara umat Islam merupakan salah satu karakter dan sifat
pokok atau utama yang ditetapkan Allah swt. atas umat Muhammad saw. Sifat ini
sangat dipuji oleh Allah swt. sebagaimana firmannya, \” Muhammad itu adalah
utusan Allah dan orang-orang yang bersama dia adalah keras terhadap orang-orang
kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka ¡¦(Al-Fath:29)

Dalam bulan Ramadhan, rasa kasih sayang dan cinta antara umat Islam, sangat
tepat untuk disemai dan dipupuk kembali, sehingga tumbuh subur dan bersemi.
Kasih sayang itu berupa segala macam bentuk kebaikan dan pembelaan terhadap
sesama mukmin. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw.
Bersabda, \” barang siapa yang menutup aib saudaranya yang muslim di dunia,
maka Allah swt. akan menutup aibnya di dunia dan di akhirat. Dan barang siapa
yang membantu menyelesaikan masalah yang menghimpit saudaranya (yang beriman)
di dunia, maka Allah swt. akan menyelesaikan masalah yang menghimpitnya pada
hari kiamat. Dan Allah swt. pasti menolong seorang hamba, selama hamba itu
menolong saudaranya (yang beriman) \”. (HR. Muslim).

Membina Sifat Kasih Sayang

Rasulullah saw. memberikan contoh dan keteladanan berkenaan dengan kasih
sayang. Rasulullah saw. adalah sosok yang penuh kasih dan sayang. Sifat kasih
sayang telah terbina dalam diri beliau sejak masih belia. Diantara faktor yang
sangat berpengaruh dalam menumbuhkan sifat kasih sayang dalam diri beliau
adalah kecintaan dan kasih sayang terhadap binatang, khususnya terhadap kambing
yang beliau gembala.

Rasulullah saw. Menyebutkan bahwa tidak seorang nabi dan rasul pun yang diutus
oleh Allah swt., melainkan pernah menggembala kambing. Termasuk Rasulullah saw.
pernah menggembala kambing beberapa tahun, ketika masih remaja. Hikmahnya yang
tersirat dalam aktivitas menggembala kambing adalah Allah swt. menguji dan
mendidik mental para nabi dan rasul agar bersabar dan bersifat kasih sayang
terhadap binatang, sehingga mereka lebih bisa mencintai dan lebih menyayangi
manusia, umatnya, dan sesama makhluk yang lain.

Sesungguhnya, kasih sayang terhadap binatang itu sendiri adalah sifat dan
perilaku yang sangat mulia di sisi Allah swt. dan mendapat imbalan yang agung
dari-Nya. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. berkata; Rasulullah saw. Bersabda,
\” ketika seorang sedang berjalan-jalan, dia merasakan sangat kehausan.
Kemudian dia menemukan sebuah sumur, lalu dia turun ke sumur itu dan minum
sepuas-puasnya. Ketika dia naik, tiba-tiba dia melihat ada seekor anjing yang
menjulurkan lidahnya menjilat tanah karena kehausan. Dia berkata pada dirinya,
pasti anjing ini ditimpa kehausan seperti aku tadi mengalami kehausan. Lalu
diapun kembali turun ke sumur dan memenuhi \’khuff\’ (sepatu)nya dengan air,
memegangnya dengan mulutnya, kemudian dia merangkak naik untuk memberi minum
anjing itu. Allah swt. berterima kasih kepadanya dan mengampuni dosanya. Para
sahabat bertanya, ÁØahai Rasulullah saw. apakah kami mendapat ganjaran dalam
melayani binatang?¡¦Rasulullah saw. Bersabda, \”dalam tiap-tiap makhluk yang
memiliki hati yang masih segar ada pahala dan ganjaran \”. (HR. Samarkandi).

Dalam praktek sahabat, dapat kita simpulkan betapa serius mereka membina kasih
sayang itu dalam diri mereka, dengan berusaha melayani sesama saudara. Betapa
menakjubkan gambaran kasih dan cinta yang terjalin antara para sahabat Anshar
terhadap kaum Muhajirin. Gambaran kasih dan cinta mereka cukuplah diwakili oleh
ayat al-Qur\’an sebagai berikut, ¡¦Dan orang-orang yang telah menempati Kota
Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin),
mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh
keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka
(orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri
mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan
siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang
beruntung. (Al-Hasyr: 9).

Oleh karena itu, dalam potret diri Umar bin Khattab, seorang khalifah yang
sangat bijak dan kasih terhadap rakyatnya, kita temukan beberapa riwayat
tentang cintanya terhadap rakyatnya. Dari Anas bin Malik ra. diriwayatkan bahwa
Umar bin Khatthab ra. pada suatu malam sedang keliling melakukan ronda. Dia
melewati sekelompok orang yang mampir untuk menginap (di kota Madinah). Dia
sangat khawatir dan takut ada orang yang mencuri barang-barang mereka.

Kemudian Umar mendatangi Abdurrahman bin Auf ra. yang kaget dan bertanya, \”apa
yang membuat Anda datang pada larut malam seperti ini, wahai Amirul Mukminin?
Dia menjawab, \”aku melewati sekelompok orang yang mampir. Naluriku berkata,
bila mereka bermalam dan tidur, aku takut mereka akan kecurian. Maka ikutlah
denganku agar kita menjaganya malam ini. Keduanya pun bertolak. Keduanya duduk
dekat orang-orang itu semalam suntuk, untuk menjaganya, hingga ketika melihat
subuh telah tiba, Umar menyeru, \”wahai orang-orang, shalat subuh…shalat
subuh…berkali-kali. Setelah melihat mereka telah bergerak dan bangkit dari
tidurnya, keduanya pun bangkit dan menuju ke masjid.

Bahkan, para sahabat tidak hanya menyayangi orang-orang yang beriman. Kasih
sayang mereka juga tercurah bagi para ahli dzimmah, yaitu orang-orang
non-muslim yang berlindung dalam khilafah Islam.

Diriwayatkan bahwa Umar bin Khatthab melihat seorang laki-laki tua dari ahli
dzimmah yang meminta-minta dari satu pintu ke pintu yang lain. Umar berkata
kepadanya, \”kami telah berbuat tidak adil terhadap Anda. Kami telah mengambil
jizyah (upeti) dari Anda ketika Anda masih muda, namun saat ini kami telah
menyia-nyiakan Anda. Kemudian Umar memerintahkan agar mencukupi makanannya dari
baitul mal (gudang perbendaharaan negara) milik kaum muslimin\”.

Kasih Sayang Rasulullah SAW.

Allah swt. selalu penuh perhatian terhadap hamba-hamba-Nya, dan diantara kasih
sayang-Nya, Dia menganugerahkan risalah-Nya kepada manusia lewat pengutusan
seorang Rasul, yang sangat kasih dan cinta kepada umatnya. Allah swt.
menegaskan hal itu dalam firman-Nya, ¡¦Sesungguhnya telah datang kepada kalian,
seorang rasul dari kaum kalian sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu,
sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi
penyayang terhadap orang-orang yang beriman¡¦ (At-Taubah: 128).

Dengan misi sebagai teladan bagi seluruh manusia, seorang Rasul haruslah orang
yang terbaik. Muhammad bin Abdullah adalah orang yang terbaik itu. Beliau
memiliki segala kelayakan dan keistimewaan sebagai seorang yang paling pantas
dijadikan teladan dan panutan. Dalam ayat di atas tergambar jelas sebagian
sifat istimewa Rasulullah saw. itu.

Sifat yang tergambar dalam ayat itu adalah kepedulian Rasulullah saw. terhadap
umatnya yang sangat mendalam. Beliau sangat prihatin dan penuh belas kasih
terhadap orang-orang yang beriman. Dengan segala upaya, beliau menyelamatkan
mereka dari perangkap-perangkap kemusyrikan, kekafiran, kefasikan, kemunafikan,
dan kezhaliman. Beliau terus-menerus menghalau segala musuh, baik hawa nafsu
ataupun syaitan dari umatnya.

Bentuk perhatian Rasulullah saw. terhadap umatnya dan kasih sayang beliau
kepada mereka terlihat jelas pada saat beliau berada dalam sakaratul maut.
Layaknya seorang yang akan meninggalkan dunia ini, Rasulullah saw. pun sangat
mengkhawatirkan orang-orang yang dicintainya.

Namun, tidak seperti orang kebanyakan, yang ketika dalam sakaratul maut sering
mengingat dan menyebut-nyebut kekasihnya, isterinya, anaknya tercinta, binatang
piarannya yang tersayang, dan lain-lain. Rasulullah saw. hanya mengingat
umatnya. Beliau terus-menerus mengadu kepada Tuhannya, ÅÖmatku… umatku¡¦
bagaimana nasib umatku setelah peninggalanku?¡¦ Beliau sangat mengkhawatirkan
umatnya kembali kepada kemusyrikan, kekufuran, dan kesesatan.

Oleh karena itu, mencintai Rasulullah saw. merupakan kewajiban setiap umat
Islam. Rasulullah saw. berada dalam urutan kedua setelah Allah swt. dalam skala
prioritas cinta seorang muslim (At-Taubah ayat: 24).

Nah, sudahkah kita menempatkan Rasulullah saw. sebagai kekasih, teladan, dan
uswah tertinggi dari seluruh manusia lainnya? Ataukah kita masih lebih
mengagungkan kyai, ulama, pemimpin, tokoh politik, negarawan dan lain-lain,
melebihi pengagungan kita kepada Rasulullah saw.?

Konsekuensi yang paling penting disadari oleh umat dari menteladani Rasulullah
saw. adalah mentaati dan mengikuti sunnah beliau. Mari kita ukur sikap
meneladani kita kepada Rasulullah saw. dari sisi itu, khususnya dalam hal kasih
sayang dan cinta.

>>>http://www.mail-archive.com