Apakah kalian tahu, berapa kali para pemimpin geng-geng pembantaian mendapat nobel perdamaian, berapa banyak pembantaian yang begitu sadis dilakukan dan kemudian jejaknya hilang tanpa kita sadari, ini adalah sebagian pembantaian yang ada di palestina diawal-awal pencaplokan wilayah palestina oleh yahudi(israel) merekalah teroris!!! benar kah!!! pantaskah!!!
9 April 1948 Menachem Begin memimpin pasukan Irgon Israel menyerang desa Der Yasin dan melakukan pembantaian warga desa di sana. Dalam aksi ini, Zionis Israel membantai lebih 254 orang Palestina laki-laki, wanita dan anak-anak (dalam sebagian riwayat disebutkan jumlahnya lebih 360 orang dari jumlah total penduduk desa 600 jiwa) secara keji dan biadab. Sebagian besar jasad korban dibuang ke dalam sumur-sumur yang ada. Bergabung dalam pembantaian dua geng teroris Yahudi Shtern yang dipimpin oleh Yizhak Samer yang mewarisi Menachem Begin menjadi PM Israel di awal tahun 80 an dan kelompok teroris Yahudi Hagana dengan pimpinan David Ben Gorion. Geng-geng Yahudi tersebut dibentuk dengan nama “pertahanan Israel”.

Mengenang peristiwa pembantaian Israel di Der Yasin, Palestina meminta agar dilakukan dialog mendalam dalam skala internasional yang demokratis sebagai kunci semua lembaga HAM. Tujuannya, untuk mendokumentasikan kejahatan-kejahatan penjajah Israel juga memberikan rasa keadilan kepada semua korban Der Yasin. Disamping itu untuk menegaskan bahwa kejahatan Israel tidak akan luput dari balasan selamanya. Suatu ketika kejahatan itu harus dibalas, lama atau secepatnya.

Sejarah mengajarkan kepada kita bahwa kejahatan Israel tidak akan selesai dengan masa kedaluarsa. Lembaga HAM Miftah dalam edisi internetnya mengajukan pers relist dengan tajuk “kejahatan Israel tidak kenal kedaluarsa” dengan memaparkan tragedy pembantaian Israel di Der Yasin. Berikut pemaparannya:

Pembantaian Der Yasin

Mengomentari pembantaian tragedy Der Yasin, Menachem Begin yang memimpin geng Irgon sejak tahun 1938 dengan tujuan mendirikan negara Israel mengatakan:”Sejarah pembantain Der Yasin dalam menjaga wilayah Thabriah dan invasi Haifa. Semua pasukan Yahudi maju menyerang melalui Haifa seperti pisau yang mengiris keju. Bangsa Arab mulai tersentak kaget dan berteriak “Der Yasin”. Kekagetan pun menguasai bangsa Arab di seluruh pelosok negeri dan lari mencari keselamatan. Irgun tidak hanya membantai warga desa Palestina, namun mereka juga membantai pasukan Inggris waktu itu. Mereka bahkan digantung di tempat-tempat umum.

Kita tengok sebentar mengingat pembantaian Der Yasin sebagai salah satu contoh terorisme Zionis Israel. Hari itu “Hayah Balbibisi” berada di sekolah bersama 15 anak murid putra dan putrid, dia rubah sekolahan itu menjadi pusat medis karena dia petugas Palang Merah (saat itu belum ada Bulan Sabit Merah karena Palestina berada di bawah pendudukan Zionis Israel) yang bertanggung jawab di Der Yasin. Dia menyangka dengan itu dapat melindungi dirinya dan juga anak-anak. Dia menampung korban luka di sana. Pada siang hari, datang Zionis Israel membunuh korban luka, membantai anak-anak tadi dan juga dirinya. Kemudian mereka meletakan seluruh korban berbentuk kemaluan yang diatasnya diletakan jasadnya. Seorang wanita muda Yahudi segera melepas bendera Palang Merah yang menempel di pintu sekolah dan menancapkannya dalam-dalam di tengah-tengah tumpukan jenazah tadi sehingga membuat semua teroris Yahudi yada ada di lokasi bertepuk tangan penuh kekaguman dengan apa yang dilakukan wanita muda tersebut.

Nasib lebih tragis apa yang di alami al Haj Ismail Athiya, seorang kakek-kakek berusia 90 tahun. Setelah pasukan Zionis Israel membunuhnya, mereka menyeret kedua kakinya ke tengah-tengah jalan kemudian berjoget sambil berteriak-terian di seputar jenazahnya. Sedang istrinya tengah menggendong cucu satu-satunya di rumah. Seorang wanita muda Yahudi mendatanginya sedang ditangannya memegang kapak dan dihantamkan ke kepala sang bocah hingga sumsum otaknya muncrat ke dinding-dinding rumah. Sejurus kemudian dia buduh sang nenek terus merjoget berjingkrak-jingkrak di atas kedua jenazah tersebut.

Mereka mendatangi seorang ibu muda Palestina, Shalahiya. Mereka membunuh anaknya yang berusia 2 tahun di depan kedua matanya. Kemudian menyeret wanita tersebut dalam lingkaran dan mulai berjoget di seputarnya sambil mencabik-cabik pakaian yang dikenakannya sedikit demi sedikit hingga tuntas. Selanjutnya beberapa wanita muda Yahudi mendekatinya dan melukainya di wajah, dada dan perut sedang dia kala itu hamil 9 bulan.

Mereka menangkap seorang kakek berusia 70 tahun. Kemudian melemparnya ke atas rumah dan menjadikannya sasaran bergerak untuk percobaan pembidikan di udara. Ketika jasadnya jatuh ke tanah mereka menginjak-injaknya dengan sepatu mereka. Mereka juga membunuh seorang wanita bernama Khalidiya yang sudah diambang melahirkan. Mereka membelah perutnya dengan pisau, namun saat para wanita desa berusaha hendak mengeluarkan bayi dari perutnya, wanita itu dibunuhnya pula.

Menachem Begin (yang menjadi Perdana Menteri Zionis Israel 1977 -1983 serta mendapat hadiah Nobel perdamaian) mengungkapkan kebanggaannya dengan pembantaian ini, serta menganggapnya sebagai alasan penting dalam pendirian negera Yahudi dan pengusiran Arab (Palestina). Dia mengatakan, “…Orang-orang Arab mengalami goncangan dahsyat tanpa batas setelah berita (pembantaian) Der Yasin. Mereka mulai melarikan diri guna menyelamatkan nyawa-nyawanya…, dari 700 ribu jumlah orang Arab yang tinggal di Israel sekarang tidak tersisa kecuali 165 ribu saja” … “apa yang terjadi di Der Yasin dan apa yang diberitakan tentangnya telah membantu pelempangan jalan kita untuk menggapai kemenangan di dalam pertempuran sengit di arena perang. Legenda Der Yasin telah membantu kita secara khusus menyelamatkan perang Haifa” … “pembantaian Der Yasin memiliki dampak dan pengaruh luar biasa dalam jiwa orang-orang Arab (Palestina) yang menyamai 6 kebahagian serdadu-serdadu.”

Pembantaian seperti di Der Yasin terjadi berulang-ulang di desa-desa Arab (Palestina) lainnya saat terjadi perang tahun 1948. Di mana telah terjadi banyak pembantaian dengan kekejian dan kebiadaban serupa sebagaimana yang terjadi di Thantura, Nashiruddin, Bet Daras dan yang lainnya. Seorang sejarawan Israel yang juga seorang peneliti dalam militer Israel kala itu, Aryeh Yeshavi telah mengakui hal itu dengan mengatakan, “Jika kita total fakta-fakta dan realita kita mengetahui bahwa pembantaian Der Yasin terjadi terlalu jauh dari tabiat yang semestinya guna menduduki desa Arab, terjadi pernghancuran terbanyak jumlah rumah di dalamnya. Dalam aksi-aksi ini telah dibunuh banyak sekali wanita, anak-anak dan orang tua.”

Irgun juga pernah meledakkan bangunan hotel Raja Daud di Al Quds tahun 1946 yang memakan korban 97 orang Inggris. Sementara geng Stern yang membantai Wakil PBB di Palestina, Elkonet Bernadot di tahun 1948. Tahun 1948 juga diwarnai dengan puluhan aksi pembantaian yang dilakukan oleh pasukan dan geng teroris Israel yang menyebabkan warga Palestina meninggalkan tanah dan harta benda mereka kemudian dirampas dan dikuasai oleh mereka.

Contohnya, pembantaian Mansurat Al Khayyath di 18 Januari, Qaishariat pada 15 Februari, pembantaian Wadi Arah pada 27 Februari, hencurnya Nasher Ad Din pada 12 April, pembantaian Khaushah pada 15 April, pembantaian Wa’rah Saudah pada 18 April, pembantaian Haifa pada 21 April, pembantaian Hausiniyah pada 21 April, pembantaian balad Syaikh pada 25 April, pembantaian Ain Zaitun pada 2 Mei, pembantaian Bet Darras pada 11 Mei, pembantaian Abu Syausah pada 14 Mei, pembantaian Al Kurab pada 12 Mei dan lain-lain. Selama penjajahan Inggris di Palestina antara tahun 1922 – 1947 telah terjadi pembantaian dan pembersihan 213 desa dan kota Palestina yang dihuni oleh 413.794 orang atau 52% dari jumlah penduduk yang mengungsi.

Selama perang 1948 telah terjadi pembersihan (clensing) 264 komplek perumahan yang dihuni 339.272 orang atau 42% dari penduduk yang mengungsi. setelah dilaukan gencatan senjata telah dibersihkan 54 komplek permukiman Palestina yang jumlah penduduknya mencapai 52.000 orang atau 6% dari penduduk yang mengungsi.

Seorang pasukan Israel yang turut dalam pembantaian Duwaimah pada 29 Oktober 1948 yang dilansir harian Dafar Israel edisi 9 Juni 1979 :”Mereka membunuh 80 – 100 orang Arab, laki-laki dan anak-anak. Untuk membunuh anak-anak mereka memecahkan kepalanya dengan tongkat. Tidak ada rumah tanpa mayat. Orang laki-laki dan perempuan diikat di rumah dan diledakkan dengan dinamit. Seorang komandan Israel meminta dua orang perempuan untuk masuk rumah sebelum akhirnya diledakkan dengan dinamit. Seorang pasukan Israel lainnya dengan bangganya mengatakan telah memperkosa seorang wanita Arab sebelumnya akhirnya dibunuh dan demikianlah.

Seorang sejarawan Zionis, Beny Moras dalam bukunya “Lahirnya Masalah Pengungsi” mengutip ucapan Yusuf Nakhmani, anggota senior geng teroris Israel Hagana dan ketua Bank Nasional Yahudi di Thabria dalam harian Gradient,”Pada saat masa damai dengan dikibarkan bendera putih, Israel melakukan pembantaian murni, membunuh perempuan dan laki-laki sekitar 60 hingga 70 orang melebihi kekejaman Nazi sebab kelompok geng Israel belajar dari Nazi,”

Sejak berdirinya negara Israel hingga sekarang, ribuan rakyat Palestina baik yang ada di dalam wilayah jajahan atau di luarnya menjadi korban dari ratusan kasus pembantaian Israel yang dilakukan di depan mata dan telinga dunia yang hanya bisa diam tak berkutik…

Pembantaian Kamp Jenin

Beberapa saat lalu, warga Palestina memperingati peristiwa pembantaian yang dilakukan Israel medio 3 – 12 April 2002 yang menelan sedikitnya 100 orang Palestina dari 14.000 warga kamp Jenin. Selayaknya kita ingat dengan pernyataan PM Israel sekarang, Ariel Sharon yang bertanggung jawab dalam pembantaian kamp pengungsi Shabra Shatila yang mengatakan di Lebanon tahun 1982, ia mengatakan di harian Israel Yediot Aharonot sesaat sebelum peristiwa pembantaian Jenin pada 5 Maret 2002,”Kita harus memukul Palestina dan harus dengan keras dan kasar, harus menjadikan mereka korban sehingga mereka merasakan harga yang mahal,”

Namun dewan penyidik yang diutus PBB ke Palestina dengan tekanan Amerika tidak memutuskan untuk menghukum pelaku pembantaian ini. Padahal sopir buldoser militer Israel, Moshe Neisim mengatakan kepada Yediot Aharonot edisi 31 Mei 2003 “Banyak sekali orang dan rumah-ruma yang kami hancurkan. Saya yakin bahwa manusia mati di rumah-rumah tersebut namun itu sulit dilihat… saya menikmati setiap rumah milik orang Yahudi… jika di sana ada sesuatu yang mengganggu saya, maka itu adalah jika kamp pengungsi tidak dihancurkan sama sekali,” dan karena ini, Moshe Nasem memperoleh medali kehormatan dari tentara Israel.

Sepanjang sejarah pembantaian hak-hak rakyat Palestina, kebanyakan yang bertanggung jawab adalah pemimpin Israel, termasuk Ariel Sharon yang pernah menjadi komandan pasukan 101 yang melakukan pembantaian di tahun 1953 terhadap desa Al Aujah, Qabiyah melalui Gaza dan Beirut. Namun sepanjang fase-fase itu, tak penah sekalipun para penjahat Israel itu diseret ke pengadilan baik dalam tingkat local atau internasional. Sehingga para pelaku pembantaian itu justru bangga. Yang lebih menyakitkan para penjahat-penjahat Israel itu disambut di ibu-ibu kota negara-negara dunia seperti di Washington Amerika dengan sebutan “Rijalussalam” “pahlawan perdamaian”. Sungguh ironis!! (atb/COMES)